Diversifikasi Produk Bank Sampah Tri Alam Lestari: Dorong Green Economy Melalui Inovasi Sabun, Biji Plastik, dan Digitalisasi Pemasaran Produk menggunakan Website
Kegiatan 22 September 2025

Diversifikasi Produk Bank Sampah Tri Alam Lestari: Dorong Green Economy Melalui Inovasi Sabun, Biji Plastik, dan Digitalisasi Pemasaran Produk menggunakan Website

Jakarta Selatan, 13 September 2025 – Transformasi pengelolaan sampah kini memasuki babak baru. Tidak lagi sekadar memilah dan menabung sampah, Bank Sampah Tri Alam Lestari berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk melahirkan produk-produk inovatif bernilai ekonomi. Melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) hasil sinergi Tanri Abeng University (TAU) dan Universitas Multimedia Nusantara (UMN), upaya ini diwujudkan dalam kegiatan bertajuk “Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat sebagai Strategi Green Economy terhadap Pengelolaan Sampah Berbasis IPTEK.”

Program ini digelar Sabtu, 13 September 2025, di lokasi Bank Sampah Tri Alam Lestari, Ulujami Kec. Pesanggarahan Jakarta Selatan, dengan dukungan pendanaan Hibah Direktorat Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Inovasi (DPPM) Kemendiktisaintek 2025. Lebih dari sekadar pelatihan, kegiatan ini menegaskan pentingnya inovasi, diversifikasi produk, dan pemanfaatan teknologi digital dalam mewujudkan ekonomi hijau di tingkat akar rumput.

Tiga Workshop Inovatif: Dari Minyak Jelantah Hingga Platform Digital

Kegiatan PKM kali ini menghadirkan tiga workshop utama yang langsung menyasar kebutuhan praktis masyarakat:

 

1.     Pembuatan Sabun Cair dari Minyak Jelantah

Dipandu oleh Dahrul Effendi, M.T, peserta dilatih mengubah minyak jelantah yang kerap menjadi limbah rumah tangga menjadi sabun cair ramah lingkungan. Tidak hanya bermanfaat untuk rumah tangga, produk ini juga memiliki potensi komersial.

 

2.     Pembuatan Biji Plastik

Dipandu oleh fasilitator Dr. Li. A.Hairul Umam, M.Hum, peserta dikenalkan teknik mengolah sampah plastik menjadi biji plastik sebagai bahan baku industri kreatif maupun manufaktur. Produk ini diyakini memiliki peluang pasar luas, sejalan dengan tren industri daur ulang global.

 

3.     Sosialisasi Penggunaan Website E-commerce  

Dipandu oleh tim pelaksana PKM yaitu Dinar Ajeng Kristiyanti, M.Kom, peserta diperkenalkan pada platform digital baru yang berfungsi sebagai etalase online untuk produk-produk daur ulang, pengelolaan tabungan setoran dan penarikan nasabah, pengelolaan sampai kepada laporan keuangan Bank Sampah. Website ini membuka akses pasar lebih luas, menjangkau konsumen di luar komunitas lokal, memberi sentuhan profesional pada branding produk, dan memudahkan kinerja pengurus dan nasabah bank sampah karena sudah terdigitalisasi.


PKM yang mengusung strategi green economy melalui diversifikasi produk ini menekankan bahwa bank sampah perlu berkembang menjadi pusat inovasi. Tidak hanya mengandalkan tabungan sampah, tetapi juga menghasilkan produk olahan (sabun cair), bahan baku (biji plastik), hingga sistem pemasaran digital. Diversifikasi inilah yang menjadi kunci menuju keberlanjutan dan kemandirian ekonomi.

PKM ini dipimpin oleh Dr. Li. A. Hairul Umam, M.Hum (Dosen TAU) sebagai Ketua Tim, dengan anggota Dinar Ajeng Kristiyanti, M.Kom (UMN) dan Dr. Paidi, WS.M.M (TAU), serta dukungan mahasiswa TAU. Dari pihak mitra, kegiatan diketuai oleh Tri Sugiarti, Ketua Bank Sampah Tri Alam Lestari.

Dalam sambutannya, Dr. Li. A. Hairul Umam menekankan peran nyata perguruan tinggi dalam mengatasi masalah lingkungan.

“Kami ingin memastikan bank sampah bukan sekadar tempat pemilahan sampah, tetapi juga pusat inovasi yang mampu menciptakan produk bernilai tambah dan mandiri secara ekonomi,” tegasnya. Dr Li.  menambahkan bahwa “Pendekatan yang menggabungkan teknologi, keterampilan praktis, dan strategi pemasaran ini memberi formula lengkap bagi masyarakat untuk berdaya. Model seperti ini bisa dengan mudah diterapkan di daerah lain yang memiliki potensi serupa.”

Sementara itu, Dinar Ajeng Kristiyanti menyoroti pentingnya digitalisasi sebagai tonggak keberhasilan pemberdayaan masyarakat.

“Dengan adanya website e-commerce, produk daur ulang bisa dipasarkan lebih profesional dan menjangkau pasar yang lebih luas,” ujarnya.

Bagi masyarakat, perubahan ini terasa nyata. Tri Sugiarti, Ketua Bank Sampah Tri Alam Lestari, menyampaikan apresiasinya:

“Kami belajar banyak dari dosen dan mahasiswa. Selama ini fokus kami hanya mengumpulkan sampah, tapi sekarang kami bisa membuat produk baru seperti sabun cair dan biji plastik, serta memasarkan secara online.”

Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan bahwa setiap tahun Indonesia menghasilkan lebih dari 56,63 juta ton sampah, dengan komposisi 39,01% (22,09 juta ton) behasil dikelola dengan baik. Sebanyak 21,85 (12,37 juta ton) sampah masih ditimbun di TPA dengan metode open dumping, sementara 39, 14% (22,17 juta ton) lainnya terbuang ke lingkungan melalui pembakaran, illegal dumping atau dibuang ke badan air.

Melalui program seperti ini, bank sampah didorong untuk tidak berhenti di tahap pengumpulan. Inovasi produk menjadi kunci. Sabun cair dari minyak jelantah, misalnya, tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga menghasilkan produk rumah tangga yang bisa dijual dengan harga kompetitif. Begitu pula biji plastik, yang sangat dibutuhkan industri kreatif.

Digitalisasi lewat website e-commerce pun menjadi jawaban atas tantangan keterbatasan pasar. Produk bank sampah yang dulunya hanya dijual di lingkup komunitas, kini dapat dipasarkan ke konsumen yang lebih luas, termasuk perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap keberlanjutan.

Kegiatan PKM ini menegaskan bahwa bank sampah tidak lagi sekadar tempat menabung sampah. Dengan sentuhan inovasi, pendampingan akademisi, dan dukungan teknologi, bank sampah mampu menjadi motor penggerak ekonomi hijau sekaligus wadah pemberdayaan masyarakat.

Bank Sampah Tri Alam Lestari kini tidak hanya bicara tentang “mengurangi sampah,” tetapi juga tentang menciptakan peluang ekonomi baru, memperkuat kemandirian, dan meretas jalan menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.